Rabu, 29 Mei 2019

Quote's di Facebook (1)

 Gambar mungkin berisi: 16 orang, orang tersenyum, pohon, rumput, anak, langit, luar ruangan dan alam
#sipc
Islam dan Kristen adalah dua kelompok besar di dunia, mustahil tercipta perdamaian di dunia tanpa perdamaian antara kedua kelompok ini. Memulai perdamaian kedua kelompok ini berarti memulai perdamaian dunia.
(17/04/2019)



Maafkan, damaikan
Pilpres yang berisik ini segera berlalu
Untuk memaafkan orang lain engkau harus memaafkan dirimu sendiri terlebih dahulu. Untuk berdamai dengan orang lain, engkau harus berdamai dengan dirimu sendiri terlebih dahulu.
(16/04/2019)




Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan orang berdiri
💦
Terhadap apapun itu, dimanapun, dan kapanpun kita bisa terus belajar, termasuk memaknai setiap apa yang terjadi, apa yang kita lalui, semuanya adalah proses dari pembelajaran. Semoga teguh memegang komitmen menjadi seorang pembelajar..
#mtqbanten2019
#mmq
#freshuinjkt

Kriterianya seumuran atau lebih muda. Jadi tenang, ka @musfiahsaidah ga masuk kriteria. 😅
Hari pertama, Babak penyisihan, 26 Maret 2019
(31/03/2019)



Gambar mungkin berisi: 3 orang, termasuk Abdulrahman AS, orang tersenyum, orang duduk
Botak adalah masa penuh hikmah di pesantren, sebuah konsekuensi dari tindakan yg dianggap "nakal". Masa muda adalah momentum eksperimental, tak jarang eksperimen itu menyalahi aturan yg membelenggu. 😂 Aturan? Senyumin aja, dulu mikirnya gitu
Bahagialah yg pernah botak di pondok, wkwk
Jiwa2 seusia SMA, adalah fase tumbuh jiwa2 yg menjunjung tinggi kebebasan, makanya sangat penting peran guru disini untuk membentuk karakter, moral, menyadari etika, dan pembentukan impian di masa depan agar "manusia" di masa remaja ini mengetahui arah jalan yg benar
Semoga Allah senantiasa merahmati semua guru2, semua orang2 yg pernah menyampaikan nasehat demi kebaikan, dari sanalah arah melangkah itu tidak sulit ditemukan
Dari segumpal tanah kecil di Kotobaru, nagari kabut yang diapit oleh dua gunung, tepat berada di lembah Marapi dan Singgalang sekarang kami berpencar ke berbagai daerah, khusus yg ada di foto AbdulrahmanAs99 sekarang di Bandung, @mhd_robby49 di Malang, dan teman2 lainnya baik di dalam negeri dan di luar negeri melanjutkan perjalanan pendidikan, perjalanan kehidupan, proses pengembaraan menimba ilmu, semoga kita semua menjadi orang yang berguna bagi agama dan bangsa
#mankobar
#kotobaru
#kotobarupadangpanjang
#marapisingggalang
#mapkkobar
#iaikobar
(15/02/2019)


Freud menulis, "Manusia digerakkan oleh dua motivasi utama: rasa takut dan hasrat." Carl Jung juga mengatakan, "Karena penderitaan yang disebabkan rasa takut, kita akan menjauh, dan karena hasrat untuk kesenangan maka kita akan bergerak mendekat."
Berpikir dan bergerak lah menggapai bahagia, jangan lupa bahagia, apalagi masih muda
Poto Waktu masih muda, lupa itu 2016 atau 2017, di Puncak Lawang, Maninjau. Poto kedua dengan @hambaallah_rahmanazizur25
#puncaklawang
#maninjau
#masamuda
#motivasihidup
(12/02/2019)



Gambar mungkin berisi: 7 orang, termasuk Aldebaran, Rizki Ulfahadi, dan Hasbi Fahmil, orang tersenyum, orang berdiri dan teks
PII terlanjur menjadi bagian penting dari hidup saya. Selain memang karena pernah menimba ilmu secara formal di Negeri Minangkabau, PII lah salah satu alasan terbesar untuk selalu mengingat negeri Minang
Senang dan bersyukur bisa kembali bertemu dengan teman2 perjuangan PII dari Sumatera Barat di lokasi training PII Jakarta, moment yg sulit karena sekarang kalau pulang kampung tidak lagi ke Sumatera Barat, melainkan ke Bengkulu
Bertemu mereka membawa ingatan saya kembali kepada dinginnya alam Padang Panjang dengan segudang proses pembelajaran dan dinamika perjuangan ber-PII,
Selamat beradvance training kawan2..
(10/02/2019)


Marah adalah bentuk kelemahan, marah adalah tanda diri kita tidak lagi mampu untuk mengendalikan jiwa dan emosi. Karena itulah Nabi berkali-kali mengatakan jangan marah, bahkan sampai diulang tiga kali dalam sebuah hadis. Tapi kita akui bahwa kita lemah, sehingga terkadang kita tidak mampu membendung marah itu. Mampu menahan marah adalah bukti kematangan emosional. Marah juga membuat kerusakan hati, oleh karena itulah diharuskan menghindari marah
Bahagia lah tanpa marah, semoga weekend kita bahagia tanpa marah-marah, bahagia bersama orang-orang yang melawan marah
Selamat pagi, selamat berakhir pekan.
(09/02/2019)


(04/02/2019)
Delegasi FRESH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Kongres Nasional MITI KM 2019
MITI Center, Depok 2-3 Februari 2019
Berdiskusi tentang hal yg dekat dengan kita, yg menjadi realitas kita sehari2 memang menarik. Bahkan dengan org yg baru dikenal pun, karena ada realitas yg sama, kesamaan nasib, membuat diskusi mengalir lancar
Kesempatan berharga di hari2 liburan kampus seperti sekarang ada momentum untuk bertemu bersama teman2 pegiat lembaga di bidang penalaran dan penelitian dari berbagai universitas di Indonesia
Berbicara soal kampus maka berbicara soal kritikan terhadap pendidikan di tanah air :), menarik jg ketika salah seorang mahasiswa dari bagian barat Indonesia menceritakan soal perputaran uang yg begitu besar di kampus nya, gelontoran dana untuk lembaga ddlmnya pun luar biasa, serta jalan bercucurannya uang2 tsb mengalir ke berbagai lubang. Uang memang menarik dibicarakan :)
Tidak lupa jg membahas soal strategi legalitas FRESH menjadi lembaga baru yg resmi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama dua sekum fresh @debby_eliraz
@zakiyyahayuni
#freshuinjkt
#mitikm
#kongresmitikm2019
#keilmuan
#penelitian


















Waktu Tanpa Kompromi

Saat kamu tidur, waktu terus berjalan dan orang2 terus bergerak mewujudkan mimpinya.

Saat kamu menyandar santai cmn maen games, waktu berjalan dan orang2 terus beraktivitas meraih mimpinya.

Saat kmu berlama-lama makan, waktu terus berjalan dan orang2 berlari menggapai asa.

Sampai kapan kita tertinggal? 😌 SelfReminder

Selamat pagi, selamat mengawali pekan 🙂💪 

Ciputat, 22 April 2019

Catatan Bulan Mei

Catatan, Mei 2019
Bangsa kita adalah bangsa besar yang tidak berdiri kemaren sore, sudah hampir satu abad. Sudah banyak peristiwa dan sejarah besar yang tercatat. Kalau mau belajar dari sejarah, bangsa kita sebenarnya sudah dewasa dalam merespon problematika-problematika sosial yang terjadi.
Selama masa perjuangannya, dari awal kemerdekaan bahkan dari sebelum bangsa ini merdeka, banyak golongan atau kelompok yang membersamai. Salah duanya adalah Muhammadiyah dan NU. Jadikanlah Muhammadiyah dan NU sebagai panutan dalam beragama dan bernegara. Dua ormas besar yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia ini paham betul bagaimana rekam jejak dan lika-liku bangsa.
Jika memang jihad, maka dua organisasi ini pasti sudah menyerukan. Apalagi soal politik, Muhammadiyah dan NU paham betul. Jangan malah berapi-api oleh seruan golongan-golongan yang lahir kemaren sore dalam konteks politik dan untuk kepentingan politik.
Adapun strategi politik yang akan berjalan dalam waktu dekat ini, akan tetap berhasil memobilisasi massa dengan jumlah yang tidak sedikit. Wajar, sekaliber masyarakat Indonesia memang masih mudah dimobilisasi. Lihat saja bagaimana realita masyarakat kita.
Tapi saya tetap optimis akan persatuan dan kedewasaan bangsa kita. Buktinya organisasi organisasi Agama yang besar tidak ikut menyerukan kegiatan-kegiatan partisan untuk kepentingan politik tsb, cara sederhana untuk memastikannya lihat saja logo-logo yang mendukung kegiatan-kegiatan itu, hampir semuanya adalah logo-logo yang lahir kemaren sore dan sebenarnya adalah kelompok kecil, tapi diuntungkan oleh realitas masyarakat yang mudah dimobilisasi sehingga menghasilkan massa yang besar.
Tidak ada yang melarang, apalagi negara ini negara demokrasi, hal-hal yang demikian memang diizinkan dan dibenarkan. Silahkan saja, lakukan dengan cara yang konstitusional.
Tapi konteks bertindak jangan sampai lupa atau keliru, tindakan yang diputuskan untuk ikut terlibat ini konteksnya apa. Jangan sampai harapan yang dibawa apa, tetapi implikasi perjuangannya apa.
Hemat saya, sebagai pendapat pribadi, masyarakat yang diluar Jawa, apalagi bapak-bapak yang sudah berumah tangga, tak perlu lah untuk ke ibukota kalau hanya untuk aksi. Apalagi kalau untuk sekedar sholat jamaah di tanah lapang, lihatlah yang lalu-lalu.
Aksi-aksi serupa yang sudah beberapa kali belakangan ini yang semuanya dalam konteks politik, memakan biaya yang tidak sedikit, ada banyak donatur yang dengan niat baiknya membiayai untuk keperluan aksi, ada juga yang pakai uang pribadi. Tidak sedikit, mulai dari ongkos bus, pesawat, kereta api, untuk menuju Jakarta. Istiqlal tak kuat menampung, hotel-hotel Jakarta pun diuntungkan, menjadi ramai mendadak guna penginapan peserta aksi. Ratusan juta rupiah bahkan lebih demi berkumpul di ibukota.
Ada banyak cara untuk menunjukkan Islam rahmatan Lil Alamin selain hanya membanggakan tidak menginjak rumput di Monas. Bagi saya, kalau memang mau jihad, alangkah lebih baik, uang-uang untuk tiket pesawat dan bus itu yang apabila dijumlahkan sampai ratusan juta digunakan untuk hal-hal yang lebih substantif. Data jumlah janda miskin dan anak yatim di kampungmu, lalu santuni. Data jumlah anak putus sekolah di desamu lalu sekolahkan. Betapa banyak pelajar-pelajar yang tidak dapat lanjut ke perguruan tinggi, kasih beasiswa. Data jumlah penduduk miskin, kaum dhuafa lalu bantu ekonomi nya. Pengangguran dimana-mana, buka lapangan pekerjaan baru. Itulah jihad.
Ciputat, 20 Mei 2019

Memetik Hikmah dari Pilpres 2019

Prediksi saya benar, selamat Pak Jokowi dan Kiyai Ma'ruf. Lanjutkan kerjanya, selesaikan.
Ada banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik di pemilu 2019 ini.

Salah satunya yang sering membuat kekacauan berpikir adalah eksploitasi terhadap kata "umat", "masyarakat", "ulama". Padahal, dalam pilihan politik praktis, umat pasti terbagi. Karena pilihan politik pasti beda-beda. Sulit untuk menuntut ratusan juta muslimin di Indonesia untuk satu pilihan. Mustahil ada persatuan kolektif dalam pilihan politik praktis.

Umat sudah pasti terbagi dalam pilihan politik praktis, itu konsekuensi logisnya dari pemilu dengan sistem demokrasi di Indonesia. Begitu pun dengan "ulama", sudah pasti juga terbagi. Ada ulama yang memilih 01, ada juga ulama yang memilih 02. Maka, bagi saya, ijtima-ijtima ulama dalam hal politik praktis adalah blunder besar.

Menerima perbedaan pilihan adalah sebuah kemutlakan dalam menjaga atmosfer sehat demokrasi Indonesia. Pemilu telah usai, mari rajut persatuan, rangkul kembali persaudaraan yang retak cuman karena perbedaan pendapat dan pilihan. Adapun yang perlu diusut dan masih diperjuangkan, silahkan, dengan mekanisme secara konstitusional.

Semoga setelah ini beranda-beranda media sosial berisi konten-konten yang lebih berkualitas, lebih bermanfaat. Semoga jari-jari netizen lebih bijak, semoga hoax dan hate speech berkurang. Ramadhan masih membersamai kita, mari tingkatkan ibadah bersihkan hati. Semoga Syawal menyambut kita dengan gembira, kita pun menyambut nya dengan gembira.

Siap-siap lah untuk mudik, dari pusat ke daerah. Bukan dari daerah ke pusat.




Ditulis pada 21 Mei 2019

Kenalan lah !

Perintah Allah itu untuk saling kenal mengenal. Bukan saling mencela, mencaci atau membenci.
Kenali dulu. Seringkali kebencian tumbuh akibat belum kenal. Belum tau.

Sesuatu apapun yang janggal menurut kita, atau yang tidak sesuai dengan kita, gali dulu informasi terhadap objek tersebut, biar tahu, biar kenal. Agar kemudian bisa saling memahami, tumbuh toleransi. Bukan benci.

Hati-hati ketika menggali informasi nya malah ke situs sumber hoax. Hati-hati juga informasi dari lawan atau yang berseberangan dengannya, rentan selalu negatif yang disampaikan. :)
 
Kecintaan itu tumbuh dari sejauh mana atau sekompleks apa informasi atau pengetahuan yang kita kenal/tau tentangnya. Contoh, semakin banyak informasi yang kita tau tentang Nabi Muhammad, maka kecintaan kita akan bertambah terhadapnya.

Semakin dalam pengetahuan, semakin kompleks pemikiran, maka cinta semakin paripurna.

Air Merah, Bengkulu, 28 Mei 2019

Bermaaf-maafanlah wahai Netizen/Warganet


1 Syawal sebentar lagi, akan ramai di dunia maya maupun dunia nyata aktifitas saling memaafkan antar sesama

Sebelum itu, mari kita memaafkan diri kita sendiri. Berdamai dengan diri kita sendiri. Dengan bartaubat, memaksimalkan ibadah di sisa ramadhan, memohon ampun dan rahmat kepada Allah
Mungkin kemaren kita terlanjur menyebarkan berita hoax yang mengakibatkan tumbuhnya kebencian, adu domba, fitnah terhadap sesama.

Mungkin kemaren kita pernah menyebarkan/membagikan berita dengan menggunakan akun media sosial tetapi beberapa hari kemudian tersebar klarifikasi bahwa berita itu adalah hoax
Mungkin kemaren kita tidak mampu menahan diri untuk lebih bertabayyun lagi, kita terlanjur terprovokasi lalu dengan sigapnya membagikan berita-berita hoax

Bulan ramadhan begitu istimewa bagi kita, manfaatkan untuk lebih keras melatih diri untuk menahan diri tidak terburu-buru meng-judge atau mengambil kesimpulan terhadap apa yang sebenarnya tidak betul-betul kita ketahui

Semoga ramadhan mengantarkan kita menuju Syawal dengan hati dan jiwa yang bersih, yang tanpa kebencian kepada siapapun

Hari ini, teknologi khususnya media sosial, mampu membentuk pola pikir, bahkan ada yang mengatakan mampu menjadi ideologi. Apa yang kita baca dan lakukan di media sosial akan mempengaruhi pikiran kita, akan berimbas kepada sikap kita

Semoga kita selalu berhati-hati, berhati-hati dalam membaca berita, berhati-hati dalam membagikan berita, berhati-hati dalam bermedia sosial

Mari kita maafkan diri kita sebelumnya yang tidak hati-hati dalam bermedsos, yang terburu-buru mengambil kesimpulan padahal bersumber kepada yang hoax, semoga ramadhan membawa kita menjadi warganet yang damai, santun, dan bijak

Mari kita berbahagia di media, media sosial adalah buah dari perkembangan peradaban yang selayaknya kita syukuri dengan tidak menyalahgunakannya

Saya Tidak Berubah

Saya tidak berubah, saya tetaplah saya yang dulu.
saya tidak berubah, saya tetaplah anak dari seorang ibu
saya tidak berubah, saya tetaplah seorang hadi.
sama seperti dulu, saya tidak pernah berubah.

Yang berubah adalah perubahan itu sendiri.


Air Merah, 30 Mei 2019
(genap usia 20 tahun)
1999-2019

Rabu, 10 April 2019

DAKWAH LEWAT TULISAN



Berdakwah merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam (mukhallaf) yang bernyawa. Umat Islam pun dikatakan oleh Allah sebagai khaira ummah alasannya pun karena dakwah. Yaitu menyuruh kepada kebaikan atau amar ma’ruf dan mencegah dari keburukan atau nahi munkar. Buya Hamka juga mengatakan dalam tafsir Al-Azhar nya bahwa umat Islam tidak lagi dikatakaan khaira ummah jika ia tidak berdakwah. Berdakwah adalah seruan atau ajakan kepada umat manusia untuk mengimplementasikan titah Tuhan. Karena fitrahnya manusia yang lemah adalah lupa, maka dakwah ini sangat kita butuhkan kapanpun dan dimanapun sebagai reminder atas diri sendiri dan orang lain selama di dunia.
            Oleh karena itulah, kita dituntut agar terus berdakwah tanpa henti, tanpa ada batasan ruang dan batasan waktu, sesuai dengan kadar kemampuan kita masing-masing. Atas dasar itulah setiap orang kadangkala sering berdakwah dengan caranya sendiri, variasi dakwah sangat beragam. Tidak ada persoalan dengan itu selagi yang didakwahkan benar sesuai tuntutan agama. Tapi di sisi lain, kita juga menginginkan dakwah kita ini menjadi sebuah gerakan yang kuat, tersusun, dan terorganisir. Kita sama-sama ingat ungkapan Ali r.a, bahwa keburukan yang terorganisir itu bisa menang melawan kebaikan yang tidak terorganisir. Jadi, kita membutuhkan lembaga, sistem, dan manajemen dalam dakwah agar menjadi terorganisir. Sehingga kekuatan atau kemampuan masing-masing manusia lemah tadi menjadi kesatuan yang bersinergi menjadi kuat.
            Secara umum, dakwah bisa dibagi menjadi dua bagian, pertama yaitu da’wah bil hal (dakwah dengan perbuatan, sikap) dan da’wah bil lisan (dakwah dengan perkataan). Seperti itu ulama-ulama klasik zaman dulu membagi jenis dakwah. Tetapi hari ini, orang banyak lupa bahwa ulama dahulu, selain melakukan dua bentuk dakwah tadi juga banyak melakukan dakwah lewat karya-karya tulisan. Saya memiliki hobi menulis, saat ini juga telah bergabung bersama sebuah wadah organisasi kepenulisan. Tetapi hal tersebut belumlah cukup, masih harus terus belajar dan membutuhkan lembaga atau sistem lain agar hobi ini lebih terorganisisr dengan baik. Inilah salah satu alasan kenapa saya bergabung dengan Berita UIN.
            Tulisan memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam khazanah keilmuan umat manusia. Karena lewat tulisan kita yang hidup saat ini bisa tau dan menyelami pemikiran-pemikiran ulama yang hidup berabad-abad sebelum masa kita lewat karya-karya yang ditinggalkannya. Bisa kita bayangkan jika ijtihad dan rumusan-rumusan fikih itu tidak ditulis oleh ulama dulu entah bagaimana kita beribadah hari ini. 
            Pramoedya Ananta Toer mengatakan, kira-kira maknanya begini “Sepintar apapun orangnya, selama ia tidak menulis maka ia akan hilang dari sejarah dan masyarakat”. Menulis adalah sebuah usaha mengabadikan, agar tidak hilang dimakan masa. Sebagai sebuah tradisi keilmuan, menulis harus terus kita lakukan dan kembangkan. Kemampuan menulis harus terus diasah terutama di kalangan akademisi.
            Bersuara lewat tulisan sangatlah penting, kita kenal sosok yang belakangan ini sedang naik daun, yaitu Tsamara Amany. Politisi Muda ini baru muncul ke permukaan cuman karena dia aktif menulis di Geotimes.co.id, dan juga karena cuitannya lewat tulisan di twitter dengan Fahri Hamzah. Setelah itulah namanya mulai dikenal publik. Dia pun langsung meroket bersama PSI nya.  
            Mengingat hari ini sedikit juga orang yang mau memfokuskan diri dalam menulis sehingga menjadi tantangan bagi orang-orang seperti saya. Atas dasar itulah saya ingin memfokuskan diri saya untuk bergabung Berita UIN dan berjuang untuk UIN dengan tulisan. Berbicara tulisan tidak melulu mengenai sekarang dan masa lalu, tapi tulisan juga menawarkan masa depan. Tulisan sebagai pengabadian, maka nanti setelah kita tiada atau setelah tamat dari UIN adik-adik generasi penerus masih bisa membaca tulisan-tulisan, terlebih jika tulisan itu diterbitkan oleh buletin atau koran Berita UIN.  

Jumat, 05 April 2019

UIN Jakarta Liberal, Masa sih?




Kultur intelektualitas yang sudah lama melekat di Ciputat khususnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuat kawasan serta kampus ini selalu hangat dengan pemikiran-pemikiran global yang kompleks. Selain pendidikan formal kampus, aktivisme mahasiswa juga berperan aktif dalam mewarnai keberagaman yang ada di kampus ini. Sehingga membuat pihak luar pun banyak yang menyoroti dan berkomentar. Kampus yang memiliki lebih kurang 27.000 mahasiswa ini sering mendapatkan label atau komentar-komentar miring dari berbagai pihak. Kebanyakan dari mereka adalah pihak luar yang sejatinya tidak mengenal Kampus Pembaharu ini. Hanya mengetahui atau mendengar berita yang tidak bisa dijamin keobjektifan kebenarannya serta cuma selayang lalu dengan bangga merasa benar terhadap kesimpulannya.
 Sebagai kampus yang menjadi lokomotif semua PTKIN di Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memang memiliki banyak tantangan. Tuduhan seperti UIN liberal, sekuler, sarang pemurtadan, rumah ISIS, PKI serta tuduhan negatif lainnya sudah sering dilontarkan. Sebelum saya masuk kampus, begitu ribut tuduhan-tudahan jelek kepada UIN yang berusaha meragukan saya untuk memilih Universitas ini. Ketika sudah berada di kampus ini justru “keributan” itu tidak saya temukan. Tapi di luar masih ribut juga, hal ini terbukti dengan banyaknya pertanyaan dari adik-adik yang mau memulai menduduki bangku perkuliahan kepada saya dan betapa kagetnya saya dengan pernyataan-pernyataan “bid’ah” yang saya terima.
Benarkah UIN Liberal? Benarkah UIN sarang ISIS?. Jika liberalisme dikatakan bisa membuat manusia terjebak di dalam lingkarang kebingungan, maka memelihara kedunguan berpikir dengan masih mengimani pertanyaan lama seperti itu juga akan membuat kita terjebak dalam lingkaran kebingungan. UIN adalah sebuah lembaga pendidikan, kita harus membedakan mana yang berasal dari kampus dan mana yang bukan. Kesalahan personal orang yang berada di lembaga itu tidak bisa kita jadikan patokan untuk memberi nilai yang sama kepada lembaganya. Kekeliruan berpikir semacam ini sebenarnya sama saja dengan generalisasi yang sudah berkembang di masyarakat yang merupakan racun pembunuh esensi kebenaran dan pupuk subur sikap suudzan, jika terus dikembangkan maka lingkaran kebingungan tadilah sarangnya.
Belakangan ini UIN-UIN lainnya di tanah air pun juga terkena tuduhan ini. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk bisa berpikir seperti kita. Tapi sebagai seorang insan akademis selayaknya kita terus tanpa henti untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar kekacauan cara berpikir itu tidak semakin parah. 
Adik-adik mahasiswa baru UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya, serta semua mahasiswa baru dimanapun berada, yakinlah bahwa kalian telah memilih kampus yang tepat. Setelah kita berusaha membuat perencanaan yang diiringi dengan persiapan serta ikhtiar, maka setelah itu ada ketentuan Tuhan yang tidak bisa kita hindari. Yakinlah bahwa Allah telah memiliki rencana yang jauh lebih agung. Berprasangka baiklah kepada Allah, prasangkakan saja impian kita terwujud dengan jalan Tuhan di masa depan. Maka Tuhan akan sesuai dengan prasangkaan kita.
Kita hanya perlu memperbaharui dan membuat patokan niat yang lillahi ta’ala, niat tanpa amal lebih baik daripada amal tanpa niat. Niat yang murni tulus untuk menuntut ilmu, hanya dengan ilmu yang akan membawa kita kepada cahaya hikmah yang berlabuh kepada taqwa. Seiring waktu berjalan, dalam catatan sejarah dengan kelurusan niat serta ikhtiar yang kita lakukan akan tersingkaplah “kebenaran hikmah” itu. 

Penulis: Rizki Ulfahadi