Rabu, 29 Mei 2019

Memetik Hikmah dari Pilpres 2019

Prediksi saya benar, selamat Pak Jokowi dan Kiyai Ma'ruf. Lanjutkan kerjanya, selesaikan.
Ada banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik di pemilu 2019 ini.

Salah satunya yang sering membuat kekacauan berpikir adalah eksploitasi terhadap kata "umat", "masyarakat", "ulama". Padahal, dalam pilihan politik praktis, umat pasti terbagi. Karena pilihan politik pasti beda-beda. Sulit untuk menuntut ratusan juta muslimin di Indonesia untuk satu pilihan. Mustahil ada persatuan kolektif dalam pilihan politik praktis.

Umat sudah pasti terbagi dalam pilihan politik praktis, itu konsekuensi logisnya dari pemilu dengan sistem demokrasi di Indonesia. Begitu pun dengan "ulama", sudah pasti juga terbagi. Ada ulama yang memilih 01, ada juga ulama yang memilih 02. Maka, bagi saya, ijtima-ijtima ulama dalam hal politik praktis adalah blunder besar.

Menerima perbedaan pilihan adalah sebuah kemutlakan dalam menjaga atmosfer sehat demokrasi Indonesia. Pemilu telah usai, mari rajut persatuan, rangkul kembali persaudaraan yang retak cuman karena perbedaan pendapat dan pilihan. Adapun yang perlu diusut dan masih diperjuangkan, silahkan, dengan mekanisme secara konstitusional.

Semoga setelah ini beranda-beranda media sosial berisi konten-konten yang lebih berkualitas, lebih bermanfaat. Semoga jari-jari netizen lebih bijak, semoga hoax dan hate speech berkurang. Ramadhan masih membersamai kita, mari tingkatkan ibadah bersihkan hati. Semoga Syawal menyambut kita dengan gembira, kita pun menyambut nya dengan gembira.

Siap-siap lah untuk mudik, dari pusat ke daerah. Bukan dari daerah ke pusat.




Ditulis pada 21 Mei 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar