Oleh: Rizki Ulfahadi
SUATU
sore di Bengkulu, tetapi suara “Sumedang” yang bergema. Penulis berasal
dari salah satu desa di pedalaman bumi raflesia Bengkulu. Sejak 2017,
ketika sore tiba, mamang (sebutan masyarakat setempat untuk orang dari
Pulau Jawa) sudah berkeliling dengan sepeda motornya sambil menggemakan
teriakan “Tahu Sumedang, Tahu Sumedang” untuk memancing masyarakat
membeli dagangan tahu Sumedangnya.
Pertama kali suara
ini cukup asing, namun kemudian karena mamang rajin berjualan,
masyarakat pun mulai akrab dengan dagangan baru di desa tersebut.
Dagangan yang sederhana, tergolong murah dan memiliki cita rasa khas
yang disukai lidah masyarakat. Walaupun tahu Sumedang adalah produk
kuliner dari Jawa Barat, namun cocok dengan selera masyarakat Sumatera.
Tahu
Sumedang sebenarnya adalah olahan makanan yang sangat sederhana dengan
bahan pokok utamanya adalah tahu. Tahu merupakan makanan yang mengandung
banyak protein nabati karena terbuat dari kacang kedelai. Makanan yang
relatif murah tetapi sangat bergizi sehingga cocok menjadi santapan
pecinta kuliner dari berbagai usia, apalagi untuk anak-anak yang masih
dalam masa pertumbuhan.
Tahu bisa diolah dengan
berbagai cara, seperti dibacem, dipepes, ataupun digoreng. Nah, tahu
Sumedang adalah salah satu jenis olahan makanan tahu dengan proses
penggorengan.
Hingga sekarang, secara umum istilah
“Tahu Sumedang” sudah cukup populer di Indonesia. Perjalanan historis
yang panjang tentu juga mempengaruhi pembentukan popularitas makanan
lokal Jawa Barat ini.
Konon, sejarah Tahu Sumedang
berasal dari sebuah keluarga Boen Keng di Sumedang yang sudah membuat
olahan Tahu Sumedang sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Tempat
penjualannya berada di pusat kota Sumedang, dan tidak membuka cabang di
tempat lain.
Seiring berjalannya waktu, tidak hanya di
Sumedang, jajanan satu ini juga terkenal dan sudah bisa dinikmati di
berbagai kota di Indonesia. Karena memiliki cita rasa yang lezat, Tahu
Sumedang sangat diminati oleh masyarakat dan menjadi salah satu icon
kuliner kota Sumedang, turut serta mengangkat nama Sumedang di kancah
nasional.
Tahu Sumedang ini memiliki cita rasa yang
berbeda dengan tahu lainnya. Bagian luarnya yang terasa renyah dan
bagian dalam tahunya yang halus dan gurih tentu memberikan sensasi dan
cita rasa yang berbeda dengan olahan makanan tahu lainnya saat disantap.
Waktu
menikmati Tahu Sumedang lebih menggairahkan apabila tahunya masih
hangat. Untuk kesehatan juga bagus. Tahu Sumedang ini sangat sehat
karena proses pembuatannya masih tradisional dan tanpa pengawet.
Sehingga tidak perlu khawatir untuk menikmatinya.
Kembali
ke Bengkulu. Bengkulu tempat penulis dilahirkan adalah bukti nyata
bahwa eksistensi Tahu Sumedang telah menjalar tidak hanya ke kota-kota
di Indonesia, tetapi telah sampai juga masuk ke pelosok-pelosok negeri.
Dari
2017 - sekarang, eksistensi penjualan Tahu Sumedang terus hadir di
pedalaman Bengkulu tepatnya di kabupaten Mukomuko. Penulis selama rekam
perjalanan hidup juga telah berkesempatan untuk mengunjungi beberapa
kota, seperti kota-kota di Sumatera Barat (Padang, Bukittinggi, Padang
Panjang, dll), Surabaya, Purwokerto, Makassar, Jabodetabek, Bandung,
Banten, Sukabumi, dan Yogyakarta, di semua kota-kota tersebut telah
tersedia Tahu Sumedang.
Ada yang memang dijual oleh
orang Sumedang asli, ada juga yang bukan orang Sumedang tetapi menjual
Tahu Sumedang karena memanfaatkan namanya yang populer dan memang telah
dikenal serta disukai oleh masyarakat.
Dalam
sejarahnya, Tahu Sumedang telah dirintis sejak 1917. Sampai sekarang
tokonya masih berdiri dan dilanjutkan oleh anak-cucu pendiri pertama,
yaitu Toko Tahu Bungkeng terletak di Jalan Sebelas April No. 53
Sumedang.
Sayangnya, toko ini tidak membuka cabang
dimanapun. Jika diteliti juga, seperti di literatur buku, ataupun sumber
online, masih sangat sedikit yang membahas secara lebih dalam dan
kreatif tentang pengembangan Tahu Sumedang ini.
Sebagai
sebuah makanan khas daerah, Tahu Sumedang layak dikatakan sebagai
sebuah kearifan lokal dengan peluang nilai serta ekonomi yang besar.
Maka potensi ini perlu diangkat dan dikembangkan dengan lebih terencana,
terstruktur dan berkelanjutan.
Melihat realitas ini,
tentu sudah disadari oleh Pemerintah daerah Sumedang ini sebagai sebuah
potensi. Namun sampai sekarang masih belum ada keseriusan dalam hal
pengembangan ekonomi. Padahal, Tahu Sumedang ini bisa meningkatkan dan
mengangkat ekonomi masyarakat apabila ada konsep gerakan yang baik.
Pemerintah
Kabupaten Sumedang sudah pernah membuat rencana untuk membangun galeri
khusus Tahu Sumedang. Di galeri itu, pengunjung bisa melihat proses
pengolahan tahu dari kedelai sampai digoreng dan siap dimakan.
Selain
itu di galeri ini juga akan dipajang peralatan pengolahan tahu dari
masa ke masa serta ada sejarah Tahu Sumedang. Wacana ini tentu baik,
untuk mengakui dan mengabsahkan lebih agung lagi bahwa Tahu Sumedang ini
benar-benar kearifan lokal Sumedang.
Namun, pemerintah
semestinya bisa lebih dari ini. Bisa memanfaatkan dan mengembangkan
potensi Tahu Sumedang menjadi salah satu sumber pendapatan ekonomi dan
membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat. Butuh konsep
gerakan yang jelas dalam upaya mengembangkan kearifan lokal di era
modern saat ini.
Gerakan Tahu Sumedang Mendunia
Ada beberapa hal
yang perlu dilakukan agar pengembangan dan manfaat Tahu Sumedang bisa
optimal. Ada 5 cara yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Pemberdayaan Masyarakat Setempat
Di Sumedang
memang telah banyak berdiri tempat-tempat penjual Tahu Sumedang. Sudah
banyak. Namun, bagaimana strategi penjualan dan pengolahan makanan yang
baik masyarakat masih butuh edukasi.
Pemerintah dan
pengusaha Tahu Sumedang yang sudah sukses bisa menjadi fasilitator dalam
hal ini. Bisa melalui melakukan kursus atau worshop dengan target
masyarakat biasa. Output dari program ini nantinya akan lahir banyak
pengusaha-pengusaha baru di Sumedang.
Dengan adanya
pemberdayaan ini, masyarakat berkesempatan untuk membangun usahanya
sendiri serta akan mampu membuka lapangan kerja baru. Ini akan menjadi
pendongkrak ekonomi Sumedang.
Dengan banyaknya
masyarakat Sumedang yang menjadi pengusaha Tahu Sumedang ini, maka Tahu
Sumedang akan semakin dikenal, penjualan tahu ini pun akan semakin luas.
Masyarakat juga perlu diajarkan bagaimana membesarkan toko atau lembaga
usahanya.
Menjadi sebuah keanehan sebenarnya, seperti
Toko Tahu Sumedang pertama yang sudah berdiri sejak 1917, tetapi sampai
saat ini belum membuka satu cabangpun di tempat lain. Padahal ini adalah
potensi besar yang bisa dimanfaatkan.
Potensi bisnis
berbasis kearifan lokal ini bisa menjadi sumber pendapatan ekonomi yang
besar apabila paham bagaimana mengelolanya dengan baik. Untuk itu,
masyarakat Sumedang masih membutuhkan ekonomi perdagangan atau ilmu-ilmu
entrepreneurship.
2. Bantuan Dana melalui Call for Proposal
Dari
langkah pertama di atas, pemerintah bisa membuka peluang atau
kesempatan bagi masyarakat yang mempunyai konsep rencana usaha Tahu
Sumedang untuk diberi modal usaha. Call for Proposal untuk pembangunan
usaha baru saat ini banyak dilakukan. Sangat terbuka peluang juga
diterapkan untuk pengembanga Tahu Sumedang.
Masyarakat
atau anak-anak muda yang kretaif ditantang untuk membuat konsep usaha
dengan produknya adalah Tahu Sumedang. Kegiatan ini akan menumbuhkan dan
mengasah kreatifitas masyarakat dan semangat masyarakat juga dalam
berkarya dan berusaha.
Dari proposal-proposal yang
masuk nantinya akan terlihat dan diseleksi untuk dipilih dan diberikan
modal usaha untuk mewujudkan gagasan yang ada dalam proposalnya.
Kegiatan ini sangat positif, karena tidak hanya melibatkan kalangan
tertentu, misalnya yang sudah punya usaha sukses saja, tetapi juga
menumbuhkan optimisme bagi masyarakat biasa yang tidak punya modal guna
memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan usaha.
Selain itu, kegiatan semacam ini juga akan menumbuhkan semangat kerja sama dan kolaborasi di tengah masyarakat.
3. Sosialisasi Teknik Perdagangan dan Digital Marketing
Jika
diperhatikan secara umum, Tahu Sumedang saat ini terkesan sebagai
makanan pinggiran, dalam artian, makanan yang biasa dijual di jalanan.
Menjadi makanan masyarakat kalangan bawah.
Citra
tersebut bisa dirubah. Tentu dengan konsep dan tindakan yang jelas.
Maka, masyarakat perlu juga diadvokasi bagaimana mem-branding sebuah
produk. Mulai dari tempat dan cara penjualan, sampai kepada pengolahan
dan kemasan agar lebih menarik pembeli dan lebih kekinian.
Dari
teknik penjualan juga begitu. Sekarang jika dilihat di Go-Food, itu
belum ada muncul makanan atau toko Tahu Sumedang. Padahal seharusnya
makanan apapun sudah bisa diangkat melalui Go-Food atau penjualan secara
online.
Bahkan, saat ini makanan yang diproduksi
rumahan saja, yang tidak memiliki bentuk toko bangunan fisik, bisa laris
dengan melalui cara penjualan online. Pelatihan digital marketing
sangat penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat.
4. Membuka Cabang / Reseller
Pemerintah
Sumedang bisa melakukan penjaringan semua toko atau penjual Tahu
Sumedang lalu melakukan pembinaan sekaligus kerjasama. Agar produk
masyarakat bisa terjual hingga jauh ke berbagai kota bahkan hingga
ekspor.
Hal tersebut bisa dengan membuka cabang di
banyak tempat atau menjaring reseller yang siap memasarkan produk Tahu
Sumedang ini agar terjual lebih banyak da luas hingga masyarakat
Indonesia bisa menikmati makanan sehat dan murah ini.
Rencana
tersebut tentu mendapat tantangan, karena Tahu Sumedang saat ini masih
diolah secara tradisional dan tanpa bahan pengawet, jadi Tahu Sumedang
agar bisa dijual lebih luas langsung diolah dari Sumedang, maka mesti
belajar pengolahan makanan dengan cara yang lebih modern, tidak
tradisional lagi.
5. Event Tahu Sumedang
Era
kehidupan saat ini adalah era modern yang dekat dengan hiburan.
Masyarakat suka hiburan-hiburan. Tahu Sumedang sebagai sebuah kearifan
lokal juga harus dirayakan dan dimeriahkan dengan membuat event yang
meriah dan berkelanjutan. Bisa dalam bentuk festival tahunan Tahu
Sumedang, atau event-event bentuk lainnya.
Event
semacam ini sangat berperan dalam mengangkat nama tahu Sumedang dan nama
Sumedang di kancah nasional bahkan global. Dan juga, apabila diadakan
event seperti festival tahunan maka akan memperkokoh status kepemilikan
kearifan produk makanan lokal Tahu Sumedang adalah milik Sumedang.
Karena,
tidak ada yang tahu, sepuluh atau mungkin dua puluh tahun lagi bisa
saja ada kota lain yang mengklaim mengaku daerah asal yang memiliki
produk lokal sejenis.
Yang tidak kalah pentingnya,
dengan diadakannya event seperti ini, maka akan membuka peluang bagi
masuknya investasi-investasi yang akan membantu pengembangan produk Tahu
Sumedang lebih maju dan unggul lagi.
Dengan adanya
investasi, modal untuk mengembangkan Tahu Sumedang akan lebih besar dan
akan menciptakan kesempatan peningkatan ekonomi masyarakat semakin
besar.
Nama daerah “Sumedang” sudah melekat dalam nama
sebuah produk olahan makanan yang bernama “Tahu Sumedang”. Jangan sampai
nama “Sumedang” tersebut hilang, sebab akan menghilangkan pula
identitas produk tersebut.
Oleh karena itu, sebagai
sebuah produk makanan lokal yang khas, Tahu Sumedang harus terus dijaga
dan dikembangkan dengan konsep yang terencana dan berkelanjutan agar
produk makanan dalam negeri Indonesia senantiasa lestari dan memberikan
manfaat serta menemukan eksistensinya tidak hanya di tanah sendiri,
tetapi juga membumi di saentaro negeri-negeri.
Setidaknya,
kelima langkah gerakan Tahu Sumedang Mendunia yang telah dipaparkan di
atas bisa diaplikasikan agar Tahu Sumedang dapat menjadi wasilah bagi
kesejahteraan masyarakat melalui terbukanya lapangan pekerjaan dan
makmurnya ekonomi.
RIZKI ULFAHADI, penulis adalah mahasiswa yang juga peneliti
muda di Kelompok Studi Universitas (KSU) Fatahillah Researchers For
Science and Humanity (FRESH) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.