Berdakwah merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam (mukhallaf)
yang bernyawa. Umat Islam pun dikatakan oleh Allah sebagai khaira ummah
alasannya pun karena dakwah. Yaitu menyuruh kepada kebaikan atau amar ma’ruf
dan mencegah dari keburukan atau nahi munkar. Buya Hamka juga mengatakan
dalam tafsir Al-Azhar nya bahwa umat Islam tidak lagi dikatakaan khaira
ummah jika ia tidak berdakwah. Berdakwah adalah seruan atau ajakan kepada
umat manusia untuk mengimplementasikan titah Tuhan. Karena fitrahnya manusia
yang lemah adalah lupa, maka dakwah ini sangat kita butuhkan kapanpun dan
dimanapun sebagai reminder atas diri sendiri dan orang lain selama di
dunia.
Oleh karena
itulah, kita dituntut agar terus berdakwah tanpa henti, tanpa ada batasan ruang
dan batasan waktu, sesuai dengan kadar kemampuan kita masing-masing. Atas dasar
itulah setiap orang kadangkala sering berdakwah dengan caranya sendiri, variasi
dakwah sangat beragam. Tidak ada persoalan dengan itu selagi yang didakwahkan
benar sesuai tuntutan agama. Tapi di sisi lain, kita juga menginginkan dakwah
kita ini menjadi sebuah gerakan yang kuat, tersusun, dan terorganisir. Kita
sama-sama ingat ungkapan Ali r.a, bahwa keburukan yang terorganisir itu bisa
menang melawan kebaikan yang tidak terorganisir. Jadi, kita membutuhkan
lembaga, sistem, dan manajemen dalam dakwah agar menjadi terorganisir. Sehingga
kekuatan atau kemampuan masing-masing manusia lemah tadi menjadi kesatuan yang
bersinergi menjadi kuat.
Secara umum,
dakwah bisa dibagi menjadi dua bagian, pertama yaitu da’wah bil hal (dakwah
dengan perbuatan, sikap) dan da’wah bil lisan (dakwah dengan perkataan).
Seperti itu ulama-ulama klasik zaman dulu membagi jenis dakwah. Tetapi hari
ini, orang banyak lupa bahwa ulama dahulu, selain melakukan dua bentuk dakwah
tadi juga banyak melakukan dakwah lewat karya-karya tulisan. Saya memiliki hobi
menulis, saat ini juga telah bergabung bersama sebuah wadah organisasi
kepenulisan. Tetapi hal tersebut belumlah cukup, masih harus terus belajar dan
membutuhkan lembaga atau sistem lain agar hobi ini lebih terorganisisr dengan
baik. Inilah salah satu alasan kenapa saya bergabung dengan Berita UIN.
Tulisan memiliki
kedudukan yang sangat penting di dalam khazanah keilmuan umat manusia. Karena lewat
tulisan kita yang hidup saat ini bisa tau dan menyelami pemikiran-pemikiran
ulama yang hidup berabad-abad sebelum masa kita lewat karya-karya yang
ditinggalkannya. Bisa kita bayangkan jika ijtihad dan rumusan-rumusan fikih itu
tidak ditulis oleh ulama dulu entah bagaimana kita beribadah hari ini.
Pramoedya Ananta
Toer mengatakan, kira-kira maknanya begini “Sepintar apapun orangnya, selama ia
tidak menulis maka ia akan hilang dari sejarah dan masyarakat”. Menulis adalah
sebuah usaha mengabadikan, agar tidak hilang dimakan masa. Sebagai sebuah
tradisi keilmuan, menulis harus terus kita lakukan dan kembangkan. Kemampuan
menulis harus terus diasah terutama di kalangan akademisi.
Bersuara lewat tulisan
sangatlah penting, kita kenal sosok yang belakangan ini sedang naik daun, yaitu
Tsamara Amany. Politisi Muda ini baru muncul ke permukaan cuman karena dia
aktif menulis di Geotimes.co.id, dan juga karena cuitannya lewat tulisan di
twitter dengan Fahri Hamzah. Setelah itulah namanya mulai dikenal publik. Dia
pun langsung meroket bersama PSI nya.
Mengingat hari ini
sedikit juga orang yang mau memfokuskan diri dalam menulis sehingga menjadi
tantangan bagi orang-orang seperti saya. Atas dasar itulah saya ingin
memfokuskan diri saya untuk bergabung Berita UIN dan berjuang untuk UIN dengan
tulisan. Berbicara tulisan tidak melulu mengenai sekarang dan masa lalu, tapi
tulisan juga menawarkan masa depan. Tulisan sebagai pengabadian, maka nanti
setelah kita tiada atau setelah tamat dari UIN adik-adik generasi penerus masih
bisa membaca tulisan-tulisan, terlebih jika tulisan itu diterbitkan oleh
buletin atau koran Berita UIN.