Minggu, 16 Februari 2020

Gerakan Tahu Sumedang Mendunia: Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal

Oleh: Rizki Ulfahadi

SUATU sore di Bengkulu, tetapi suara “Sumedang” yang bergema. Penulis berasal dari salah satu desa di pedalaman bumi raflesia Bengkulu. Sejak 2017, ketika sore tiba, mamang (sebutan masyarakat setempat untuk orang dari Pulau Jawa) sudah berkeliling dengan sepeda motornya sambil menggemakan teriakan “Tahu Sumedang, Tahu Sumedang” untuk memancing masyarakat membeli dagangan tahu Sumedangnya.

Pertama kali suara ini cukup asing, namun kemudian karena mamang rajin berjualan, masyarakat pun mulai akrab dengan dagangan baru di desa tersebut. Dagangan yang sederhana, tergolong murah dan memiliki cita rasa khas yang disukai lidah masyarakat. Walaupun tahu Sumedang adalah produk kuliner dari Jawa Barat, namun cocok dengan selera masyarakat Sumatera.

Tahu Sumedang sebenarnya adalah olahan makanan yang sangat sederhana dengan bahan pokok utamanya adalah tahu. Tahu merupakan makanan yang mengandung banyak protein nabati karena terbuat dari kacang kedelai. Makanan yang relatif murah tetapi sangat bergizi sehingga cocok menjadi santapan pecinta kuliner dari berbagai usia, apalagi untuk anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Tahu bisa diolah dengan berbagai cara, seperti dibacem, dipepes, ataupun digoreng. Nah, tahu Sumedang adalah salah satu jenis olahan makanan tahu dengan proses penggorengan.

Hingga sekarang, secara umum istilah “Tahu Sumedang” sudah cukup populer di Indonesia. Perjalanan historis yang panjang tentu juga mempengaruhi pembentukan popularitas makanan lokal Jawa Barat ini.

Konon, sejarah Tahu Sumedang berasal dari sebuah keluarga Boen Keng di Sumedang yang sudah membuat olahan Tahu Sumedang sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Tempat penjualannya berada di pusat kota Sumedang, dan tidak membuka cabang di tempat lain.

Seiring berjalannya waktu, tidak hanya di Sumedang, jajanan satu ini juga terkenal dan sudah bisa dinikmati di berbagai kota di Indonesia. Karena memiliki cita rasa yang lezat, Tahu Sumedang sangat diminati oleh masyarakat dan menjadi salah satu icon kuliner kota Sumedang, turut serta mengangkat nama Sumedang di kancah nasional.

Tahu Sumedang ini memiliki cita rasa yang berbeda dengan tahu lainnya. Bagian luarnya yang terasa renyah dan bagian dalam tahunya yang halus dan gurih tentu memberikan sensasi dan cita rasa yang berbeda dengan olahan makanan tahu lainnya saat disantap.

Waktu menikmati Tahu Sumedang lebih menggairahkan apabila tahunya masih hangat. Untuk kesehatan juga bagus. Tahu Sumedang ini sangat sehat karena proses pembuatannya masih tradisional dan tanpa pengawet. Sehingga tidak perlu khawatir untuk menikmatinya.

Kembali ke Bengkulu. Bengkulu tempat penulis dilahirkan adalah bukti nyata bahwa eksistensi Tahu Sumedang telah menjalar tidak hanya ke kota-kota di Indonesia, tetapi telah sampai juga masuk ke pelosok-pelosok negeri.

Dari 2017 - sekarang, eksistensi penjualan Tahu Sumedang terus hadir di pedalaman Bengkulu tepatnya di kabupaten Mukomuko. Penulis selama rekam perjalanan hidup juga telah berkesempatan untuk mengunjungi beberapa kota, seperti kota-kota di Sumatera Barat (Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, dll), Surabaya, Purwokerto, Makassar, Jabodetabek, Bandung, Banten, Sukabumi, dan Yogyakarta, di semua kota-kota tersebut telah tersedia Tahu Sumedang.

Ada yang memang dijual oleh orang Sumedang asli, ada juga yang bukan orang Sumedang tetapi menjual Tahu Sumedang karena memanfaatkan namanya yang populer dan memang telah dikenal serta disukai oleh masyarakat.

Dalam sejarahnya, Tahu Sumedang telah dirintis sejak 1917. Sampai sekarang tokonya masih berdiri dan dilanjutkan oleh anak-cucu pendiri pertama, yaitu Toko Tahu Bungkeng terletak di Jalan Sebelas April No. 53 Sumedang.

Sayangnya, toko ini tidak membuka cabang dimanapun. Jika diteliti juga, seperti di literatur buku, ataupun sumber online, masih sangat sedikit yang membahas secara lebih dalam dan kreatif tentang pengembangan Tahu Sumedang ini.

Sebagai sebuah makanan khas daerah, Tahu Sumedang layak dikatakan sebagai sebuah kearifan lokal dengan peluang nilai serta ekonomi yang besar. Maka potensi ini perlu diangkat dan dikembangkan dengan lebih terencana, terstruktur dan berkelanjutan.

Melihat realitas ini, tentu sudah disadari oleh Pemerintah daerah Sumedang ini sebagai sebuah potensi. Namun sampai sekarang masih belum ada keseriusan dalam hal pengembangan ekonomi. Padahal, Tahu Sumedang ini bisa meningkatkan dan mengangkat ekonomi masyarakat apabila ada konsep gerakan yang baik.

Pemerintah Kabupaten Sumedang sudah pernah membuat rencana untuk membangun galeri khusus Tahu Sumedang. Di galeri itu, pengunjung bisa melihat proses pengolahan tahu dari kedelai sampai digoreng dan siap dimakan.

Selain itu di galeri ini juga akan dipajang peralatan pengolahan tahu dari masa ke masa serta ada sejarah Tahu Sumedang. Wacana ini tentu baik, untuk mengakui dan mengabsahkan lebih agung lagi bahwa Tahu Sumedang ini benar-benar kearifan lokal Sumedang.

Namun, pemerintah semestinya bisa lebih dari ini. Bisa memanfaatkan dan mengembangkan potensi Tahu Sumedang menjadi salah satu sumber pendapatan ekonomi dan membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat. Butuh konsep gerakan yang jelas dalam upaya mengembangkan kearifan lokal di era modern saat ini.

Gerakan Tahu Sumedang Mendunia

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar pengembangan dan manfaat Tahu Sumedang bisa optimal. Ada 5 cara yang  bisa dilakukan, yaitu:

1. Pemberdayaan Masyarakat Setempat

Di Sumedang memang telah banyak berdiri tempat-tempat penjual Tahu Sumedang. Sudah banyak. Namun, bagaimana strategi penjualan dan pengolahan makanan yang baik masyarakat masih butuh edukasi.

Pemerintah dan pengusaha Tahu Sumedang yang sudah sukses bisa menjadi fasilitator dalam hal ini. Bisa melalui melakukan kursus atau worshop dengan target masyarakat biasa. Output dari program ini nantinya akan lahir banyak pengusaha-pengusaha baru di Sumedang.

Dengan adanya pemberdayaan ini, masyarakat berkesempatan untuk membangun usahanya sendiri serta akan mampu membuka lapangan kerja baru. Ini akan menjadi pendongkrak ekonomi Sumedang.

Dengan banyaknya masyarakat Sumedang yang menjadi pengusaha Tahu Sumedang ini, maka Tahu Sumedang akan semakin dikenal, penjualan tahu ini pun akan semakin luas. Masyarakat juga perlu diajarkan bagaimana membesarkan toko atau lembaga usahanya.

Menjadi sebuah keanehan sebenarnya, seperti Toko Tahu Sumedang pertama yang sudah berdiri sejak 1917, tetapi sampai saat ini belum membuka satu cabangpun di tempat lain. Padahal ini adalah potensi besar yang bisa dimanfaatkan.

Potensi bisnis berbasis kearifan lokal ini bisa menjadi sumber pendapatan ekonomi yang besar apabila paham bagaimana mengelolanya dengan baik. Untuk itu, masyarakat Sumedang masih membutuhkan ekonomi perdagangan atau ilmu-ilmu entrepreneurship.

2. Bantuan Dana melalui Call for Proposal

Dari langkah pertama di atas, pemerintah bisa membuka peluang atau kesempatan bagi masyarakat yang mempunyai konsep rencana usaha Tahu Sumedang untuk diberi modal usaha. Call for Proposal untuk pembangunan usaha baru saat ini banyak dilakukan. Sangat terbuka peluang juga diterapkan untuk pengembanga Tahu Sumedang.

Masyarakat atau anak-anak muda yang kretaif ditantang untuk membuat konsep usaha dengan produknya adalah Tahu Sumedang. Kegiatan ini akan menumbuhkan dan mengasah kreatifitas masyarakat dan semangat masyarakat juga dalam berkarya dan berusaha.

Dari proposal-proposal yang masuk nantinya akan terlihat dan diseleksi untuk dipilih dan diberikan modal usaha untuk mewujudkan gagasan yang ada dalam proposalnya. Kegiatan ini sangat positif, karena tidak hanya melibatkan kalangan tertentu, misalnya yang sudah punya usaha sukses saja, tetapi juga menumbuhkan optimisme bagi masyarakat biasa yang tidak punya modal guna memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan usaha.

Selain itu, kegiatan semacam ini juga akan menumbuhkan semangat kerja sama dan kolaborasi di tengah masyarakat.

3. Sosialisasi Teknik Perdagangan dan Digital Marketing

Jika diperhatikan secara umum, Tahu Sumedang saat ini terkesan sebagai makanan pinggiran, dalam artian, makanan yang biasa dijual di jalanan. Menjadi makanan masyarakat kalangan bawah.

Citra tersebut bisa dirubah. Tentu dengan konsep dan tindakan yang jelas. Maka, masyarakat perlu juga diadvokasi bagaimana mem-branding sebuah produk. Mulai dari tempat dan cara penjualan, sampai kepada pengolahan dan kemasan agar lebih menarik pembeli dan lebih kekinian.

Dari teknik penjualan juga begitu. Sekarang jika dilihat di Go-Food, itu belum ada muncul makanan atau toko Tahu Sumedang. Padahal seharusnya makanan apapun sudah bisa diangkat melalui Go-Food atau penjualan secara online.

Bahkan, saat ini makanan yang diproduksi rumahan saja, yang tidak memiliki bentuk toko bangunan fisik, bisa laris dengan melalui cara penjualan online. Pelatihan digital marketing sangat penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat.

4. Membuka Cabang / Reseller

Pemerintah Sumedang bisa melakukan penjaringan semua toko atau penjual Tahu Sumedang lalu melakukan pembinaan sekaligus kerjasama. Agar produk masyarakat bisa terjual hingga jauh ke berbagai kota bahkan hingga ekspor.

Hal tersebut bisa dengan membuka cabang di banyak tempat atau menjaring reseller yang siap memasarkan produk Tahu Sumedang ini agar terjual lebih banyak da luas hingga masyarakat Indonesia bisa menikmati makanan sehat dan murah ini.

Rencana tersebut tentu mendapat tantangan, karena Tahu Sumedang saat ini masih diolah secara tradisional dan tanpa bahan pengawet, jadi Tahu Sumedang agar bisa dijual lebih luas langsung diolah dari Sumedang, maka mesti belajar pengolahan makanan dengan cara yang lebih modern, tidak tradisional lagi.

5. Event Tahu Sumedang

Era kehidupan saat ini adalah era modern yang dekat dengan hiburan. Masyarakat suka hiburan-hiburan. Tahu Sumedang sebagai sebuah kearifan lokal juga harus dirayakan dan dimeriahkan dengan membuat event yang meriah dan berkelanjutan. Bisa dalam bentuk festival tahunan Tahu Sumedang, atau event-event bentuk lainnya.

Event semacam ini sangat berperan dalam mengangkat nama tahu Sumedang dan nama Sumedang di kancah nasional bahkan global. Dan juga, apabila diadakan event seperti festival tahunan maka akan memperkokoh status kepemilikan kearifan produk makanan lokal Tahu Sumedang adalah milik Sumedang.

Karena, tidak ada yang tahu, sepuluh atau mungkin dua puluh tahun lagi bisa saja ada kota lain yang mengklaim mengaku daerah asal yang memiliki produk lokal sejenis.

Yang tidak kalah pentingnya, dengan diadakannya event seperti ini, maka akan membuka peluang bagi masuknya investasi-investasi yang akan membantu pengembangan produk Tahu Sumedang lebih maju dan unggul lagi.

Dengan adanya investasi, modal untuk mengembangkan Tahu Sumedang akan lebih besar dan akan menciptakan kesempatan peningkatan ekonomi masyarakat semakin besar.

Nama daerah “Sumedang” sudah melekat dalam nama sebuah produk olahan makanan yang bernama “Tahu Sumedang”. Jangan sampai nama “Sumedang” tersebut hilang, sebab akan menghilangkan pula identitas produk tersebut.

Oleh karena itu, sebagai sebuah produk makanan lokal yang khas, Tahu Sumedang harus terus dijaga dan dikembangkan dengan konsep yang terencana dan berkelanjutan agar produk makanan dalam negeri Indonesia senantiasa lestari dan memberikan manfaat serta menemukan eksistensinya tidak hanya di tanah sendiri, tetapi juga membumi di saentaro negeri-negeri.

Setidaknya, kelima langkah gerakan Tahu Sumedang Mendunia yang telah dipaparkan di atas bisa diaplikasikan agar Tahu Sumedang dapat menjadi wasilah bagi kesejahteraan masyarakat melalui terbukanya lapangan pekerjaan dan makmurnya ekonomi.

RIZKI ULFAHADI, penulis adalah mahasiswa yang juga peneliti muda di Kelompok Studi Universitas (KSU) Fatahillah Researchers For Science and Humanity (FRESH) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar