Minggu, 16 Februari 2020

Gerakan Tahu Sumedang Mendunia: Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal

Oleh: Rizki Ulfahadi

SUATU sore di Bengkulu, tetapi suara “Sumedang” yang bergema. Penulis berasal dari salah satu desa di pedalaman bumi raflesia Bengkulu. Sejak 2017, ketika sore tiba, mamang (sebutan masyarakat setempat untuk orang dari Pulau Jawa) sudah berkeliling dengan sepeda motornya sambil menggemakan teriakan “Tahu Sumedang, Tahu Sumedang” untuk memancing masyarakat membeli dagangan tahu Sumedangnya.

Pertama kali suara ini cukup asing, namun kemudian karena mamang rajin berjualan, masyarakat pun mulai akrab dengan dagangan baru di desa tersebut. Dagangan yang sederhana, tergolong murah dan memiliki cita rasa khas yang disukai lidah masyarakat. Walaupun tahu Sumedang adalah produk kuliner dari Jawa Barat, namun cocok dengan selera masyarakat Sumatera.

Tahu Sumedang sebenarnya adalah olahan makanan yang sangat sederhana dengan bahan pokok utamanya adalah tahu. Tahu merupakan makanan yang mengandung banyak protein nabati karena terbuat dari kacang kedelai. Makanan yang relatif murah tetapi sangat bergizi sehingga cocok menjadi santapan pecinta kuliner dari berbagai usia, apalagi untuk anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Tahu bisa diolah dengan berbagai cara, seperti dibacem, dipepes, ataupun digoreng. Nah, tahu Sumedang adalah salah satu jenis olahan makanan tahu dengan proses penggorengan.

Hingga sekarang, secara umum istilah “Tahu Sumedang” sudah cukup populer di Indonesia. Perjalanan historis yang panjang tentu juga mempengaruhi pembentukan popularitas makanan lokal Jawa Barat ini.

Konon, sejarah Tahu Sumedang berasal dari sebuah keluarga Boen Keng di Sumedang yang sudah membuat olahan Tahu Sumedang sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Tempat penjualannya berada di pusat kota Sumedang, dan tidak membuka cabang di tempat lain.

Seiring berjalannya waktu, tidak hanya di Sumedang, jajanan satu ini juga terkenal dan sudah bisa dinikmati di berbagai kota di Indonesia. Karena memiliki cita rasa yang lezat, Tahu Sumedang sangat diminati oleh masyarakat dan menjadi salah satu icon kuliner kota Sumedang, turut serta mengangkat nama Sumedang di kancah nasional.

Tahu Sumedang ini memiliki cita rasa yang berbeda dengan tahu lainnya. Bagian luarnya yang terasa renyah dan bagian dalam tahunya yang halus dan gurih tentu memberikan sensasi dan cita rasa yang berbeda dengan olahan makanan tahu lainnya saat disantap.

Waktu menikmati Tahu Sumedang lebih menggairahkan apabila tahunya masih hangat. Untuk kesehatan juga bagus. Tahu Sumedang ini sangat sehat karena proses pembuatannya masih tradisional dan tanpa pengawet. Sehingga tidak perlu khawatir untuk menikmatinya.

Kembali ke Bengkulu. Bengkulu tempat penulis dilahirkan adalah bukti nyata bahwa eksistensi Tahu Sumedang telah menjalar tidak hanya ke kota-kota di Indonesia, tetapi telah sampai juga masuk ke pelosok-pelosok negeri.

Dari 2017 - sekarang, eksistensi penjualan Tahu Sumedang terus hadir di pedalaman Bengkulu tepatnya di kabupaten Mukomuko. Penulis selama rekam perjalanan hidup juga telah berkesempatan untuk mengunjungi beberapa kota, seperti kota-kota di Sumatera Barat (Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, dll), Surabaya, Purwokerto, Makassar, Jabodetabek, Bandung, Banten, Sukabumi, dan Yogyakarta, di semua kota-kota tersebut telah tersedia Tahu Sumedang.

Ada yang memang dijual oleh orang Sumedang asli, ada juga yang bukan orang Sumedang tetapi menjual Tahu Sumedang karena memanfaatkan namanya yang populer dan memang telah dikenal serta disukai oleh masyarakat.

Dalam sejarahnya, Tahu Sumedang telah dirintis sejak 1917. Sampai sekarang tokonya masih berdiri dan dilanjutkan oleh anak-cucu pendiri pertama, yaitu Toko Tahu Bungkeng terletak di Jalan Sebelas April No. 53 Sumedang.

Sayangnya, toko ini tidak membuka cabang dimanapun. Jika diteliti juga, seperti di literatur buku, ataupun sumber online, masih sangat sedikit yang membahas secara lebih dalam dan kreatif tentang pengembangan Tahu Sumedang ini.

Sebagai sebuah makanan khas daerah, Tahu Sumedang layak dikatakan sebagai sebuah kearifan lokal dengan peluang nilai serta ekonomi yang besar. Maka potensi ini perlu diangkat dan dikembangkan dengan lebih terencana, terstruktur dan berkelanjutan.

Melihat realitas ini, tentu sudah disadari oleh Pemerintah daerah Sumedang ini sebagai sebuah potensi. Namun sampai sekarang masih belum ada keseriusan dalam hal pengembangan ekonomi. Padahal, Tahu Sumedang ini bisa meningkatkan dan mengangkat ekonomi masyarakat apabila ada konsep gerakan yang baik.

Pemerintah Kabupaten Sumedang sudah pernah membuat rencana untuk membangun galeri khusus Tahu Sumedang. Di galeri itu, pengunjung bisa melihat proses pengolahan tahu dari kedelai sampai digoreng dan siap dimakan.

Selain itu di galeri ini juga akan dipajang peralatan pengolahan tahu dari masa ke masa serta ada sejarah Tahu Sumedang. Wacana ini tentu baik, untuk mengakui dan mengabsahkan lebih agung lagi bahwa Tahu Sumedang ini benar-benar kearifan lokal Sumedang.

Namun, pemerintah semestinya bisa lebih dari ini. Bisa memanfaatkan dan mengembangkan potensi Tahu Sumedang menjadi salah satu sumber pendapatan ekonomi dan membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat. Butuh konsep gerakan yang jelas dalam upaya mengembangkan kearifan lokal di era modern saat ini.

Gerakan Tahu Sumedang Mendunia

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar pengembangan dan manfaat Tahu Sumedang bisa optimal. Ada 5 cara yang  bisa dilakukan, yaitu:

1. Pemberdayaan Masyarakat Setempat

Di Sumedang memang telah banyak berdiri tempat-tempat penjual Tahu Sumedang. Sudah banyak. Namun, bagaimana strategi penjualan dan pengolahan makanan yang baik masyarakat masih butuh edukasi.

Pemerintah dan pengusaha Tahu Sumedang yang sudah sukses bisa menjadi fasilitator dalam hal ini. Bisa melalui melakukan kursus atau worshop dengan target masyarakat biasa. Output dari program ini nantinya akan lahir banyak pengusaha-pengusaha baru di Sumedang.

Dengan adanya pemberdayaan ini, masyarakat berkesempatan untuk membangun usahanya sendiri serta akan mampu membuka lapangan kerja baru. Ini akan menjadi pendongkrak ekonomi Sumedang.

Dengan banyaknya masyarakat Sumedang yang menjadi pengusaha Tahu Sumedang ini, maka Tahu Sumedang akan semakin dikenal, penjualan tahu ini pun akan semakin luas. Masyarakat juga perlu diajarkan bagaimana membesarkan toko atau lembaga usahanya.

Menjadi sebuah keanehan sebenarnya, seperti Toko Tahu Sumedang pertama yang sudah berdiri sejak 1917, tetapi sampai saat ini belum membuka satu cabangpun di tempat lain. Padahal ini adalah potensi besar yang bisa dimanfaatkan.

Potensi bisnis berbasis kearifan lokal ini bisa menjadi sumber pendapatan ekonomi yang besar apabila paham bagaimana mengelolanya dengan baik. Untuk itu, masyarakat Sumedang masih membutuhkan ekonomi perdagangan atau ilmu-ilmu entrepreneurship.

2. Bantuan Dana melalui Call for Proposal

Dari langkah pertama di atas, pemerintah bisa membuka peluang atau kesempatan bagi masyarakat yang mempunyai konsep rencana usaha Tahu Sumedang untuk diberi modal usaha. Call for Proposal untuk pembangunan usaha baru saat ini banyak dilakukan. Sangat terbuka peluang juga diterapkan untuk pengembanga Tahu Sumedang.

Masyarakat atau anak-anak muda yang kretaif ditantang untuk membuat konsep usaha dengan produknya adalah Tahu Sumedang. Kegiatan ini akan menumbuhkan dan mengasah kreatifitas masyarakat dan semangat masyarakat juga dalam berkarya dan berusaha.

Dari proposal-proposal yang masuk nantinya akan terlihat dan diseleksi untuk dipilih dan diberikan modal usaha untuk mewujudkan gagasan yang ada dalam proposalnya. Kegiatan ini sangat positif, karena tidak hanya melibatkan kalangan tertentu, misalnya yang sudah punya usaha sukses saja, tetapi juga menumbuhkan optimisme bagi masyarakat biasa yang tidak punya modal guna memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan usaha.

Selain itu, kegiatan semacam ini juga akan menumbuhkan semangat kerja sama dan kolaborasi di tengah masyarakat.

3. Sosialisasi Teknik Perdagangan dan Digital Marketing

Jika diperhatikan secara umum, Tahu Sumedang saat ini terkesan sebagai makanan pinggiran, dalam artian, makanan yang biasa dijual di jalanan. Menjadi makanan masyarakat kalangan bawah.

Citra tersebut bisa dirubah. Tentu dengan konsep dan tindakan yang jelas. Maka, masyarakat perlu juga diadvokasi bagaimana mem-branding sebuah produk. Mulai dari tempat dan cara penjualan, sampai kepada pengolahan dan kemasan agar lebih menarik pembeli dan lebih kekinian.

Dari teknik penjualan juga begitu. Sekarang jika dilihat di Go-Food, itu belum ada muncul makanan atau toko Tahu Sumedang. Padahal seharusnya makanan apapun sudah bisa diangkat melalui Go-Food atau penjualan secara online.

Bahkan, saat ini makanan yang diproduksi rumahan saja, yang tidak memiliki bentuk toko bangunan fisik, bisa laris dengan melalui cara penjualan online. Pelatihan digital marketing sangat penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat.

4. Membuka Cabang / Reseller

Pemerintah Sumedang bisa melakukan penjaringan semua toko atau penjual Tahu Sumedang lalu melakukan pembinaan sekaligus kerjasama. Agar produk masyarakat bisa terjual hingga jauh ke berbagai kota bahkan hingga ekspor.

Hal tersebut bisa dengan membuka cabang di banyak tempat atau menjaring reseller yang siap memasarkan produk Tahu Sumedang ini agar terjual lebih banyak da luas hingga masyarakat Indonesia bisa menikmati makanan sehat dan murah ini.

Rencana tersebut tentu mendapat tantangan, karena Tahu Sumedang saat ini masih diolah secara tradisional dan tanpa bahan pengawet, jadi Tahu Sumedang agar bisa dijual lebih luas langsung diolah dari Sumedang, maka mesti belajar pengolahan makanan dengan cara yang lebih modern, tidak tradisional lagi.

5. Event Tahu Sumedang

Era kehidupan saat ini adalah era modern yang dekat dengan hiburan. Masyarakat suka hiburan-hiburan. Tahu Sumedang sebagai sebuah kearifan lokal juga harus dirayakan dan dimeriahkan dengan membuat event yang meriah dan berkelanjutan. Bisa dalam bentuk festival tahunan Tahu Sumedang, atau event-event bentuk lainnya.

Event semacam ini sangat berperan dalam mengangkat nama tahu Sumedang dan nama Sumedang di kancah nasional bahkan global. Dan juga, apabila diadakan event seperti festival tahunan maka akan memperkokoh status kepemilikan kearifan produk makanan lokal Tahu Sumedang adalah milik Sumedang.

Karena, tidak ada yang tahu, sepuluh atau mungkin dua puluh tahun lagi bisa saja ada kota lain yang mengklaim mengaku daerah asal yang memiliki produk lokal sejenis.

Yang tidak kalah pentingnya, dengan diadakannya event seperti ini, maka akan membuka peluang bagi masuknya investasi-investasi yang akan membantu pengembangan produk Tahu Sumedang lebih maju dan unggul lagi.

Dengan adanya investasi, modal untuk mengembangkan Tahu Sumedang akan lebih besar dan akan menciptakan kesempatan peningkatan ekonomi masyarakat semakin besar.

Nama daerah “Sumedang” sudah melekat dalam nama sebuah produk olahan makanan yang bernama “Tahu Sumedang”. Jangan sampai nama “Sumedang” tersebut hilang, sebab akan menghilangkan pula identitas produk tersebut.

Oleh karena itu, sebagai sebuah produk makanan lokal yang khas, Tahu Sumedang harus terus dijaga dan dikembangkan dengan konsep yang terencana dan berkelanjutan agar produk makanan dalam negeri Indonesia senantiasa lestari dan memberikan manfaat serta menemukan eksistensinya tidak hanya di tanah sendiri, tetapi juga membumi di saentaro negeri-negeri.

Setidaknya, kelima langkah gerakan Tahu Sumedang Mendunia yang telah dipaparkan di atas bisa diaplikasikan agar Tahu Sumedang dapat menjadi wasilah bagi kesejahteraan masyarakat melalui terbukanya lapangan pekerjaan dan makmurnya ekonomi.

RIZKI ULFAHADI, penulis adalah mahasiswa yang juga peneliti muda di Kelompok Studi Universitas (KSU) Fatahillah Researchers For Science and Humanity (FRESH) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rabu, 29 Mei 2019

Quote's di Facebook (1)

 Gambar mungkin berisi: 16 orang, orang tersenyum, pohon, rumput, anak, langit, luar ruangan dan alam
#sipc
Islam dan Kristen adalah dua kelompok besar di dunia, mustahil tercipta perdamaian di dunia tanpa perdamaian antara kedua kelompok ini. Memulai perdamaian kedua kelompok ini berarti memulai perdamaian dunia.
(17/04/2019)



Maafkan, damaikan
Pilpres yang berisik ini segera berlalu
Untuk memaafkan orang lain engkau harus memaafkan dirimu sendiri terlebih dahulu. Untuk berdamai dengan orang lain, engkau harus berdamai dengan dirimu sendiri terlebih dahulu.
(16/04/2019)




Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan orang berdiri
💦
Terhadap apapun itu, dimanapun, dan kapanpun kita bisa terus belajar, termasuk memaknai setiap apa yang terjadi, apa yang kita lalui, semuanya adalah proses dari pembelajaran. Semoga teguh memegang komitmen menjadi seorang pembelajar..
#mtqbanten2019
#mmq
#freshuinjkt

Kriterianya seumuran atau lebih muda. Jadi tenang, ka @musfiahsaidah ga masuk kriteria. 😅
Hari pertama, Babak penyisihan, 26 Maret 2019
(31/03/2019)



Gambar mungkin berisi: 3 orang, termasuk Abdulrahman AS, orang tersenyum, orang duduk
Botak adalah masa penuh hikmah di pesantren, sebuah konsekuensi dari tindakan yg dianggap "nakal". Masa muda adalah momentum eksperimental, tak jarang eksperimen itu menyalahi aturan yg membelenggu. 😂 Aturan? Senyumin aja, dulu mikirnya gitu
Bahagialah yg pernah botak di pondok, wkwk
Jiwa2 seusia SMA, adalah fase tumbuh jiwa2 yg menjunjung tinggi kebebasan, makanya sangat penting peran guru disini untuk membentuk karakter, moral, menyadari etika, dan pembentukan impian di masa depan agar "manusia" di masa remaja ini mengetahui arah jalan yg benar
Semoga Allah senantiasa merahmati semua guru2, semua orang2 yg pernah menyampaikan nasehat demi kebaikan, dari sanalah arah melangkah itu tidak sulit ditemukan
Dari segumpal tanah kecil di Kotobaru, nagari kabut yang diapit oleh dua gunung, tepat berada di lembah Marapi dan Singgalang sekarang kami berpencar ke berbagai daerah, khusus yg ada di foto AbdulrahmanAs99 sekarang di Bandung, @mhd_robby49 di Malang, dan teman2 lainnya baik di dalam negeri dan di luar negeri melanjutkan perjalanan pendidikan, perjalanan kehidupan, proses pengembaraan menimba ilmu, semoga kita semua menjadi orang yang berguna bagi agama dan bangsa
#mankobar
#kotobaru
#kotobarupadangpanjang
#marapisingggalang
#mapkkobar
#iaikobar
(15/02/2019)


Freud menulis, "Manusia digerakkan oleh dua motivasi utama: rasa takut dan hasrat." Carl Jung juga mengatakan, "Karena penderitaan yang disebabkan rasa takut, kita akan menjauh, dan karena hasrat untuk kesenangan maka kita akan bergerak mendekat."
Berpikir dan bergerak lah menggapai bahagia, jangan lupa bahagia, apalagi masih muda
Poto Waktu masih muda, lupa itu 2016 atau 2017, di Puncak Lawang, Maninjau. Poto kedua dengan @hambaallah_rahmanazizur25
#puncaklawang
#maninjau
#masamuda
#motivasihidup
(12/02/2019)



Gambar mungkin berisi: 7 orang, termasuk Aldebaran, Rizki Ulfahadi, dan Hasbi Fahmil, orang tersenyum, orang berdiri dan teks
PII terlanjur menjadi bagian penting dari hidup saya. Selain memang karena pernah menimba ilmu secara formal di Negeri Minangkabau, PII lah salah satu alasan terbesar untuk selalu mengingat negeri Minang
Senang dan bersyukur bisa kembali bertemu dengan teman2 perjuangan PII dari Sumatera Barat di lokasi training PII Jakarta, moment yg sulit karena sekarang kalau pulang kampung tidak lagi ke Sumatera Barat, melainkan ke Bengkulu
Bertemu mereka membawa ingatan saya kembali kepada dinginnya alam Padang Panjang dengan segudang proses pembelajaran dan dinamika perjuangan ber-PII,
Selamat beradvance training kawan2..
(10/02/2019)


Marah adalah bentuk kelemahan, marah adalah tanda diri kita tidak lagi mampu untuk mengendalikan jiwa dan emosi. Karena itulah Nabi berkali-kali mengatakan jangan marah, bahkan sampai diulang tiga kali dalam sebuah hadis. Tapi kita akui bahwa kita lemah, sehingga terkadang kita tidak mampu membendung marah itu. Mampu menahan marah adalah bukti kematangan emosional. Marah juga membuat kerusakan hati, oleh karena itulah diharuskan menghindari marah
Bahagia lah tanpa marah, semoga weekend kita bahagia tanpa marah-marah, bahagia bersama orang-orang yang melawan marah
Selamat pagi, selamat berakhir pekan.
(09/02/2019)


(04/02/2019)
Delegasi FRESH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Kongres Nasional MITI KM 2019
MITI Center, Depok 2-3 Februari 2019
Berdiskusi tentang hal yg dekat dengan kita, yg menjadi realitas kita sehari2 memang menarik. Bahkan dengan org yg baru dikenal pun, karena ada realitas yg sama, kesamaan nasib, membuat diskusi mengalir lancar
Kesempatan berharga di hari2 liburan kampus seperti sekarang ada momentum untuk bertemu bersama teman2 pegiat lembaga di bidang penalaran dan penelitian dari berbagai universitas di Indonesia
Berbicara soal kampus maka berbicara soal kritikan terhadap pendidikan di tanah air :), menarik jg ketika salah seorang mahasiswa dari bagian barat Indonesia menceritakan soal perputaran uang yg begitu besar di kampus nya, gelontoran dana untuk lembaga ddlmnya pun luar biasa, serta jalan bercucurannya uang2 tsb mengalir ke berbagai lubang. Uang memang menarik dibicarakan :)
Tidak lupa jg membahas soal strategi legalitas FRESH menjadi lembaga baru yg resmi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama dua sekum fresh @debby_eliraz
@zakiyyahayuni
#freshuinjkt
#mitikm
#kongresmitikm2019
#keilmuan
#penelitian


















Waktu Tanpa Kompromi

Saat kamu tidur, waktu terus berjalan dan orang2 terus bergerak mewujudkan mimpinya.

Saat kamu menyandar santai cmn maen games, waktu berjalan dan orang2 terus beraktivitas meraih mimpinya.

Saat kmu berlama-lama makan, waktu terus berjalan dan orang2 berlari menggapai asa.

Sampai kapan kita tertinggal? 😌 SelfReminder

Selamat pagi, selamat mengawali pekan 🙂💪 

Ciputat, 22 April 2019

Catatan Bulan Mei

Catatan, Mei 2019
Bangsa kita adalah bangsa besar yang tidak berdiri kemaren sore, sudah hampir satu abad. Sudah banyak peristiwa dan sejarah besar yang tercatat. Kalau mau belajar dari sejarah, bangsa kita sebenarnya sudah dewasa dalam merespon problematika-problematika sosial yang terjadi.
Selama masa perjuangannya, dari awal kemerdekaan bahkan dari sebelum bangsa ini merdeka, banyak golongan atau kelompok yang membersamai. Salah duanya adalah Muhammadiyah dan NU. Jadikanlah Muhammadiyah dan NU sebagai panutan dalam beragama dan bernegara. Dua ormas besar yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia ini paham betul bagaimana rekam jejak dan lika-liku bangsa.
Jika memang jihad, maka dua organisasi ini pasti sudah menyerukan. Apalagi soal politik, Muhammadiyah dan NU paham betul. Jangan malah berapi-api oleh seruan golongan-golongan yang lahir kemaren sore dalam konteks politik dan untuk kepentingan politik.
Adapun strategi politik yang akan berjalan dalam waktu dekat ini, akan tetap berhasil memobilisasi massa dengan jumlah yang tidak sedikit. Wajar, sekaliber masyarakat Indonesia memang masih mudah dimobilisasi. Lihat saja bagaimana realita masyarakat kita.
Tapi saya tetap optimis akan persatuan dan kedewasaan bangsa kita. Buktinya organisasi organisasi Agama yang besar tidak ikut menyerukan kegiatan-kegiatan partisan untuk kepentingan politik tsb, cara sederhana untuk memastikannya lihat saja logo-logo yang mendukung kegiatan-kegiatan itu, hampir semuanya adalah logo-logo yang lahir kemaren sore dan sebenarnya adalah kelompok kecil, tapi diuntungkan oleh realitas masyarakat yang mudah dimobilisasi sehingga menghasilkan massa yang besar.
Tidak ada yang melarang, apalagi negara ini negara demokrasi, hal-hal yang demikian memang diizinkan dan dibenarkan. Silahkan saja, lakukan dengan cara yang konstitusional.
Tapi konteks bertindak jangan sampai lupa atau keliru, tindakan yang diputuskan untuk ikut terlibat ini konteksnya apa. Jangan sampai harapan yang dibawa apa, tetapi implikasi perjuangannya apa.
Hemat saya, sebagai pendapat pribadi, masyarakat yang diluar Jawa, apalagi bapak-bapak yang sudah berumah tangga, tak perlu lah untuk ke ibukota kalau hanya untuk aksi. Apalagi kalau untuk sekedar sholat jamaah di tanah lapang, lihatlah yang lalu-lalu.
Aksi-aksi serupa yang sudah beberapa kali belakangan ini yang semuanya dalam konteks politik, memakan biaya yang tidak sedikit, ada banyak donatur yang dengan niat baiknya membiayai untuk keperluan aksi, ada juga yang pakai uang pribadi. Tidak sedikit, mulai dari ongkos bus, pesawat, kereta api, untuk menuju Jakarta. Istiqlal tak kuat menampung, hotel-hotel Jakarta pun diuntungkan, menjadi ramai mendadak guna penginapan peserta aksi. Ratusan juta rupiah bahkan lebih demi berkumpul di ibukota.
Ada banyak cara untuk menunjukkan Islam rahmatan Lil Alamin selain hanya membanggakan tidak menginjak rumput di Monas. Bagi saya, kalau memang mau jihad, alangkah lebih baik, uang-uang untuk tiket pesawat dan bus itu yang apabila dijumlahkan sampai ratusan juta digunakan untuk hal-hal yang lebih substantif. Data jumlah janda miskin dan anak yatim di kampungmu, lalu santuni. Data jumlah anak putus sekolah di desamu lalu sekolahkan. Betapa banyak pelajar-pelajar yang tidak dapat lanjut ke perguruan tinggi, kasih beasiswa. Data jumlah penduduk miskin, kaum dhuafa lalu bantu ekonomi nya. Pengangguran dimana-mana, buka lapangan pekerjaan baru. Itulah jihad.
Ciputat, 20 Mei 2019

Memetik Hikmah dari Pilpres 2019

Prediksi saya benar, selamat Pak Jokowi dan Kiyai Ma'ruf. Lanjutkan kerjanya, selesaikan.
Ada banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik di pemilu 2019 ini.

Salah satunya yang sering membuat kekacauan berpikir adalah eksploitasi terhadap kata "umat", "masyarakat", "ulama". Padahal, dalam pilihan politik praktis, umat pasti terbagi. Karena pilihan politik pasti beda-beda. Sulit untuk menuntut ratusan juta muslimin di Indonesia untuk satu pilihan. Mustahil ada persatuan kolektif dalam pilihan politik praktis.

Umat sudah pasti terbagi dalam pilihan politik praktis, itu konsekuensi logisnya dari pemilu dengan sistem demokrasi di Indonesia. Begitu pun dengan "ulama", sudah pasti juga terbagi. Ada ulama yang memilih 01, ada juga ulama yang memilih 02. Maka, bagi saya, ijtima-ijtima ulama dalam hal politik praktis adalah blunder besar.

Menerima perbedaan pilihan adalah sebuah kemutlakan dalam menjaga atmosfer sehat demokrasi Indonesia. Pemilu telah usai, mari rajut persatuan, rangkul kembali persaudaraan yang retak cuman karena perbedaan pendapat dan pilihan. Adapun yang perlu diusut dan masih diperjuangkan, silahkan, dengan mekanisme secara konstitusional.

Semoga setelah ini beranda-beranda media sosial berisi konten-konten yang lebih berkualitas, lebih bermanfaat. Semoga jari-jari netizen lebih bijak, semoga hoax dan hate speech berkurang. Ramadhan masih membersamai kita, mari tingkatkan ibadah bersihkan hati. Semoga Syawal menyambut kita dengan gembira, kita pun menyambut nya dengan gembira.

Siap-siap lah untuk mudik, dari pusat ke daerah. Bukan dari daerah ke pusat.




Ditulis pada 21 Mei 2019

Kenalan lah !

Perintah Allah itu untuk saling kenal mengenal. Bukan saling mencela, mencaci atau membenci.
Kenali dulu. Seringkali kebencian tumbuh akibat belum kenal. Belum tau.

Sesuatu apapun yang janggal menurut kita, atau yang tidak sesuai dengan kita, gali dulu informasi terhadap objek tersebut, biar tahu, biar kenal. Agar kemudian bisa saling memahami, tumbuh toleransi. Bukan benci.

Hati-hati ketika menggali informasi nya malah ke situs sumber hoax. Hati-hati juga informasi dari lawan atau yang berseberangan dengannya, rentan selalu negatif yang disampaikan. :)
 
Kecintaan itu tumbuh dari sejauh mana atau sekompleks apa informasi atau pengetahuan yang kita kenal/tau tentangnya. Contoh, semakin banyak informasi yang kita tau tentang Nabi Muhammad, maka kecintaan kita akan bertambah terhadapnya.

Semakin dalam pengetahuan, semakin kompleks pemikiran, maka cinta semakin paripurna.

Air Merah, Bengkulu, 28 Mei 2019

Bermaaf-maafanlah wahai Netizen/Warganet


1 Syawal sebentar lagi, akan ramai di dunia maya maupun dunia nyata aktifitas saling memaafkan antar sesama

Sebelum itu, mari kita memaafkan diri kita sendiri. Berdamai dengan diri kita sendiri. Dengan bartaubat, memaksimalkan ibadah di sisa ramadhan, memohon ampun dan rahmat kepada Allah
Mungkin kemaren kita terlanjur menyebarkan berita hoax yang mengakibatkan tumbuhnya kebencian, adu domba, fitnah terhadap sesama.

Mungkin kemaren kita pernah menyebarkan/membagikan berita dengan menggunakan akun media sosial tetapi beberapa hari kemudian tersebar klarifikasi bahwa berita itu adalah hoax
Mungkin kemaren kita tidak mampu menahan diri untuk lebih bertabayyun lagi, kita terlanjur terprovokasi lalu dengan sigapnya membagikan berita-berita hoax

Bulan ramadhan begitu istimewa bagi kita, manfaatkan untuk lebih keras melatih diri untuk menahan diri tidak terburu-buru meng-judge atau mengambil kesimpulan terhadap apa yang sebenarnya tidak betul-betul kita ketahui

Semoga ramadhan mengantarkan kita menuju Syawal dengan hati dan jiwa yang bersih, yang tanpa kebencian kepada siapapun

Hari ini, teknologi khususnya media sosial, mampu membentuk pola pikir, bahkan ada yang mengatakan mampu menjadi ideologi. Apa yang kita baca dan lakukan di media sosial akan mempengaruhi pikiran kita, akan berimbas kepada sikap kita

Semoga kita selalu berhati-hati, berhati-hati dalam membaca berita, berhati-hati dalam membagikan berita, berhati-hati dalam bermedia sosial

Mari kita maafkan diri kita sebelumnya yang tidak hati-hati dalam bermedsos, yang terburu-buru mengambil kesimpulan padahal bersumber kepada yang hoax, semoga ramadhan membawa kita menjadi warganet yang damai, santun, dan bijak

Mari kita berbahagia di media, media sosial adalah buah dari perkembangan peradaban yang selayaknya kita syukuri dengan tidak menyalahgunakannya